Connect with us

News

Sekda Maluku Hadiri Rakornas Antisipasi Bencana Bersama BMKG Nasional

Published

on


AMBON- Sekretaris Daerah Maluku Kasrul Selang, Rabu (7/10/2020) menghadiri Rakornas Antisipasi Bencana Hidrometerologi dan Gempa Bumi-Tsunami Tahun 2020-2021 yang diselenggarakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Nasional.

Hadir dalam Rakornas tersebut antara lain Menteri Koordinasi Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta Dirjen dari Kementerian Dalam Negeri, Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Sekjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kepala BPPT, juga Kepala BRG. Kegiatan ini juga diikuti oleh para gubernur dan Balai Besar dan Unit Pelaksana Teknis Stasiun BMKG di seluruh Indonesia.

Kepala BMKG Nasional, Dwikorita Karnawati, menyampaikan rapat koordinasi ini harus segera diselenggarakan, karena pada awal Oktober 2020 BMKG, National Oceanic And Atmospheric Administration (NOAA) Amerika, Japan Meteorological Agency (JMA) Jepang dan Bureau of Meteorology Australia (BoM) telah memastikan terjadinya fenomena La Nina pada level moderate seiring dengan dimulainya awal musim hujan pada bulan Oktober – November. Hal ini berpotensi menyebabkan peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.

“Dengan adanya fenomena La Nina moderate ini diprediksi akan ada peningkatan curah hujan mulai bulan Oktober sampai November dan akan berdampak di hampir seluruh wilayah Indonesia, kecuali di Sumatera. Oleh karena itu saya mengajak bapak dan ibu semua untuk bersiap, karena ini sudah di depan mata,” ungkapnya.

Mantan rektor UGM ini menambahkan, catatan historis menunjukkan bahwa La Nina dapat menyebabkan terjadinya peningkatan akumulasi curah hujan bulanan di Indonesia 20% hingga 40% di atas normalnya, bahkan bisa lebih,” jelasnya.

Namun demikian, kata Dwikorita’ dampak La Nina tidak seragam di seluruh Indonesia. Pada bulan Oktober-November 2020, diprediksikan peningkatan curah hujan bulanan dapat terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Sumatra.

“Selanjutnya, pada Desember hingga Februari 2021, peningkatan curah hujan akibat La Nina dapat terjadi di Kalimantan bagian timur, Sulawesi, Maluku-Maluku Utara dan Papua'”paparnya.

Terkait kondisi ini’ Dwikorita menghimbau semua pihak untuk mewaspadai potensi La Nina yang akan melanda wilayah Indonesia.

Seain fenomena La Nina, potensi bencana gempa bumi dan tsunami juga masuk dalam pembahasan dalam Rakornas. Uuntuk data kejadian gempa, sebut Dwikorita, berdasarkan data monitoring kegempaan yang dilakukan BMKG, sejak tahun 2017 telah terjadi trend peningkatan aktivitas gempabumi di Indonesia dalam jumlah maupun kekuatannya. Kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4000-6000 kali dalam setahun, yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an. Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11920 kali dan tahun 2019 sebanyak 11588 kejadian gempa bumi.

“Ini bukan lagi peningkatan, tapi sebuah lonjakan yang cukup signifikan. Dengan data dan fakta bahwa kejadian tsunami yang terjadi di dunia sebagian besar dipicu oleh gempa bumi tektonik, tentunya trend kejadian gempa yang melonjak ini juga mengakibatkan meningkatnya potensi tsunami. Sehingga perlu diperkuat kehandalan Sistem Mitigasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami, mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempabumi,” jelas Dwikorita.

Lain daripada itu, jelas Dwikorita” fakta menunjukkan tsunami tidak hanya dipicu oleh gempabumi tektonik. Pada Desember 2018, terjadi peristiwa typical tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018 yang diakibatkan oleh aktivitas gunung api di laut yang menurut statistik, kejadian tsunami tersebut sangatlah langka yaitu sebanyak 5% dari total kejadian tsunami di dunia.

Berdasarkan data tersebut, Dwikorita menjelaskan mitigasi serta peringatan dini gempa bumi dan tsunami serta cuaca dan iklim ekstrem merupakan hal yang mendesak untuk dipersiapkan dan diperkuat. Masalah dan gap antara pusat dan daerah harus segera diidentifikasi untuk meningkatkan efektivitas dalam mewujudkan Zero Victims . (humasmaluku)

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Trending

Copyright © 2021 Humas Maluku