Connect with us

News

GUBERNUR DAN IBU WIDYA PRATIWI MURAD DIANUGERAHI GELAR ADAT IMONA BULLEMUI DAN ODAMONA SEMADDERAN

Published

on

DOBO- GUBERNUR Maluku Murad Ismail dan isteri Ibu Widya Pratiwi Murad Ismail dianugerahi gelar adat oleh Tetua Adat Tertius Kwarbola yang ditandai dengan pemasangan topi adat dan memakaikan jubah penghormatan diiringi tifa dan gong, serta tarian Cendrawasih di Desa Kwarbola, Kabupaten Kepulauan Aru, Senin (26/06/2023).

Setibanya di Desa Kwarbola, Gubernur dan isteri disambut oleh Camat Aru Tengah dan Aru Timur serta Kepala Desa yang dilanjutkan dengan sekapur sirih oleh Ketua Rumpun Fanan, pemberian topi rotan dengan selendang rumpun fanan, yang diiringi dengan tarian Sawat.

Turut hadir dalam acara pemberian gelar adat Bupati beserta Forkopimda Kab.Kepulauan Aru, Sekda Provinsi Maluku, sejumlah pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Aru, Pimpinan OPD Lingkup Provinsi Maluku dan Kabupaten Kepulauan Aru, para kepala desa se-Kepulauan Aru, Pimpinan instansi vertikal, TNI/Polri, Forum Koordinasi Umat Beragama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, keluarga besar Fanan serta warga masyarakat adat se-Kabupaten Kepulauan Aru.

Gubernur pada kesempatan itu dianugerahi gelar Adat Imona Bullemui (putra terbaik yang dihormati, pembawa berkat dan nama baik bagi keluarga besar fanan). Gelar ini disematkan kepaga Gubernur Maluku, didasarkab pada sikap dan rasa tanggungajawab yang ditunjukan untuk Rumpun Fanan Yabil dalam menjaga kehormatan lewat hukum Fanan, yang akan menjadi berkat bagi anak cucu turunan Fanan Yabil.

Sementara sang isteri Widya Pratiwi Murad dianugerahi sebagai Odamona Simadderan yang berarti, anak perempuan kesayangan bagi keluarga besar Fanan.

Gelar kehormatan ini diberikan bagi seorang anak perempuan sulung yang oleh kebaikan dan ketulusan hatinya, terpancar cahaya yang memberikan harapan bagi siapa saja, budi kebaikannya memberi namanya ada di tempat setiap hati Kwa-Kwa Fanan Yabil.

Pemberian gelar kehormatan kepada Widya Pratiwi Murad adalah sebuah cermin akan ketulusan hatinya sebagai seorang ibu dan perempuan, untuk menebar kebaikan, menjaga kehormatan dan tetap menjadi peneduh bagi saudara-saudarinya di rumpun Fanan.

Dengan disematkannya gelar adat ini Gubernur dan isteri telah menjadi bagian dari Rumpun adat Fanan atau Kwa-Kwa Fanan Yabil. Sebagai kedua anak dan saudara yang tertua, menjadi sombar peneduh, membawa berkat dan kehormatan, serta kebaikan.


Atas pemberian gelar adat ini, Gubernur atas nama pribadi dan keluarga, menyampaikan ucapan terima kasih, dan rasa hormat yang tinggi, kepada keluarga besar Rumpun Fanan, dan seluruh masyarakat adat, yang telah mempercayakan gelar adat ini, kepada dirinya dan isteri.

“Itu berarti keluarga besar rumpun fanan, sangat mencintai kami, dan tentu saja kami pun sangat mencintai saudara-saudara semua. Tentunya akan membuat saya dan seluruh keluarga besar fanan, harus berjalan bersama, bekerja bersama, dalam sebuah “frekuensi” yang sama,” ungkapnya.

Begitu pula, gelar Odamona Semadderan bagi Ibu Widya.
Dikatakan, kedua gelar ini, menjadi sebuah amanah, dan tanggung jawab yang besar, di pundakanya bersama isteri.

“Basudara samua, jangan biarkan kami sendiri, tolong bantu kami dengan doa di setiap shalat (Muslim) dan ibadah (Kristiani), agar Allah SWT, Tuhan Yang Maha Besar, selalu menuntun saya dan istri, menjadi pemimpin yang baik untuk daerah ini,” harap Gubernur.
Gubernur juga menyampaikan, sebagai orang yang hidup, dan besar dengan adat dan budaya, dirinya sangat mengapresiasi keluarga besar fanan, yang sangat kuat memegang hukum adat, dan memegang teguh prinsip hidup Itawa Etu, Sar Kwarisa, atau kumpul orang bersaudara, yang menjadi motto Pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru.

“Saya percaya, kekuatan adat-istiadat warisan leluhur inilah, yang senantiasa menjaga tali silaturahim, toleransi, dan persaudaraan di antara kita,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, Gubernur juga mengajak para tokoh agama, dan tokoh adat di Kepulauan Aru, untuk meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam proses pembangunan.

“Saya ingin menyampaikan falsafah hidup orang Tatua Fanan sebagai pegangan kita melangkah ke depan, yang berbunyi : Ita fano urafi ro, na lima wa tam atalar, tam i etu, ongalai itawa sama sikwalisan, okwalaina tabasai, yang berarti, kita semua satu atau bersaudara tidak boleh berpisah.
Ini juga bermakna : walaupun berbeda agama, profesi, jabatan dan status sosial, masyarakat fanan terikat dalam satu persaudaraan, karena berasal dari satu keturunan,” tandas Gubernur (BIRO ADMINISTRASI PIMPINAN SETDA MALUKU)

Trending

Copyright © 2021 Humas Maluku